BUDAYA DAN NILAI ORGANISASI PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
a. Budaya HOC
Budaya organisasi Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat adalah HOC (Hati, Otak, dan Cepat), yang secara filosofis unsur ‘Hati’ dan ‘Otak’ ada pada motto Kabupaten Pakpak Bharat ‘Bage Ate Rejeki Bage Tennah Sodip’, yang berarti dalam melakukan pekerjaan harus selaras antara hati, jiwa, pikiran dan perbuatan. Budaya Hati dan Otak diintegrasikan kepada kondisi kekinian dalam trend dunia yaitu ‘Cepat’, seiring arus persaingan global dengan arus informasi serta perubahan teknologi sebagai garda terdepannya, dan menggunakan kecepatan gerak pada berbagai bidang sebagai kunci utama.
Pelayanan prima harus beranjak dari kecerdasan manusia yang terhubung dengan mental dan menjadi kausalitas dalam abstraksi berfikir, serta bertindak verbal dan visual untuk memahami sesuatu, plus kecepatan sebagai barometernya. Mobilitas yang tinggi menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia modern, yang tidak bisa lepas dari disiplin akan waktu. Agresivitas dalam bekerja adalah implementasi dari kecepatan, yang semua bisa dikontrol dengan hati atau ketenangan emosi yang menjadi ukuran kedewasaan kita untuk kemampuan mengontrol diri, berangkat dari kejernihan fikiran dalam kondisi di bawah tekanan sekalipun. Kekuatan dalam kontrol emosi ini juga yang membuat kita mampu cepat dalam mengambil keputusan karena berawal dari pemikiran yang tidak gegabah.
b. Tujuh (7) Nilai
(1) Melayani: hakekatnya untuk seorang ASN merupakan abdi yang menjadi pelayan publik bagi masyarakat serta memberi arti dan manfaat bagi orang lain, sejalan dengan visi Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu “Terdepan Dalam Pelayanan Publik”.
(2) Kerjasama: akan mendorong persaingan konstruktif serta meningkatkan produktivitas. Anggota organisasi akan semakin efektif dan efisien dalam bekerja. Sinergitas yang lahir dari kerjasama akan menekan operasionalisasi dan memunculkan harmonisasi organisasi.
(3) Tulus Ikhlas: berarti bertindak tanpa pamrih. ASN secara legal formal telah mendapat ‘pamrih’ berupa upah atau gaji. Akan tetapi pamrih yang diterima bukan berarti mengabaikan sikap-sikap ketulusan dalam pelayanan yang berpijak pada budaya ‘hati’ untuk melayani masyarakat sebaik-baiknya.
(4) Tanggung Jawab: tertuang dalam job description. Nilai tanggung jawab memberi keteladanan akan keteguhan prinsip berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban dengan tidak pernah melemparkan tanggung jawab. Ini akan menjadikan seseorang bermartabat serta memiliki harga diri yang lebih dari pada yang lainnya.
(5) Saling Menghargai: menghadirkan sikap toleransi antar sesama dengan menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar dan tidak melanggar hak azasi manusia. Sikap ini menimbulkan kedamaian dengan menganggap orang lain sebagai bagian dari lingkungan. Dengan saling menghargai dan menghormati akan meredam permusuhan.
(6) Bersyukur: tidak hanya menghadirkan nuansa religius dalam menyokong pekerjaan, tetapi dengan bersyukur kebahagiaan datang dengan sendirinya. Kegagalan seseorang dalam hal apapun bisa terjadi karena tidak bersyukur yang menurunkan produktivitas karena sikap-sikap destruktif yang lebih memprioritaskan keluhan dari pada menikmati pekerjaan.
(7) Positif: menjadi nilai penting untuk mendukung nilai ‘melayani’. Positif tidak hanya dalam berfikir, tetapi juga dalam bertindak.
Budaya dan nilai-nilai yang digali tersebut akan bermuara pada pelayanan prima untuk menuju masyarakat madani, dengan intisari utama Hati, Otak dan Cepat. Melalui hati dilahirkan ketulusikhlasan, rasa bersyukur dan pemikiran serta perilaku positif. Melalui otak perlambang kecerdasan dan keunggulan, menghasilkan nilai-nilai tanggung jawab dan saling menghargai, yang diyakini memunculkan karya berkualitas. Terakhir adalah Cepat, merupakan buah dari kerjasama.
Selain menyasar kepada aparatur, melalui budaya HOC diharapkan Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat akan menjadi role models bagi masyarakat dan wilayah-wilayah lain serta menjadi karakteristik membanggakan dalam membawa nama baik dan mengharumkan Kabupaten ini ke depannya.
Beranjak dari optimisme, budaya yang baik ini akan dapat diterapkan dimana saja, pada suasana bagaimana pun juga dan serta memunculkan atmosfir perilaku penuh etika. Inilah wujud reformasi birokrasi dan revolusi mental yang bukan mustahil dapat sukses melalui sistematika yang agak berbeda karena dimulai dari budaya yang akan melekat erat pada setiap insan yang ada.